Jumat, 03 Desember 2010

 
Tugas Individu
Teknologi Konservasi Sumberdaya Lahan
Indikator tanah rusak/kerusakan tanah

Oleh :
SURYADI (0810483046)*


  • Indikator tanah rusak/kerusakan tanah
Kerusakan tanah dapat terjadi oleh; kehilangan unsur hara atau bahan organik dari daerah perakaran, terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsure hara yang merupakan racun bagi tanaman, penjenuhan tanah oleh air (water logging) serta erosi.
Kerusakan tanah terutama disebabkan hilangnya lapisan permukaan tanah oleh kekuatan pukulan butir-butir hujan dan kekuatan daya angkut aliran permukaan air hujan selanjutnya akan terbentuk lahan kritis.Tingkat bahaya erosi merupakan salah satu indikator dalam menentukan degradasi lahan. Hilangnya sebagian tanah karena erosi mengakibatkan antara lain: 1. Penurunan produktifitas tanah, 2. Kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman, 3. Kualitas tanaman menurun, 4. Laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang, 5. Struktur tanah menjadi rusak, 6. Lebih banyak diperlukan tenaga untuk mengolah tanah dan 7. Pendapatan petani berkurang.
  • Indikator tanah rusak yang perlu di reklamasi
Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan, perbaikan dan peningkatan kualitas kesuburan lahan pertanian yang terdegradasi baik yang rusak secara alami maupun pengaruh manusia melalui penerapan teknologi dan pemberdayaan masyarakat desa.
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata
  • Indicator tanah rusak yang perlu di rehabilitasi
Rehabilitasi lahan ialah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (krisis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.
Faktor degradasi tanah dapat terjadi secara alami dan dipercepat akibat aktivitas manusia seperti deporestasi, kebakaran hutan, tambang, dan perladangan berpindah. Rehabilitasi juga berdampak meningkatkan produktivitas tanah terdegradasi sehingga mampu mendukung sistem usahatani. Degradasi tanah menurunkan sifat-sifat tanah dan produktivitas tanah. Penggunaan amelioran, sebagai bahan organik merupakan salah satu upaya untuk rehabilitasi tanah terdegradasi.

Menurut Sitanala Arsyad (1989), Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi Air menurut Deptan (2006) adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga di lakukan tindakan konservasi air.

  • Metode konservasi tanah
Konservasi tanah adalah Penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan.
  • Menggunakan kesesuaian dan kemampuan lahan
Klasifikasi kemampuan lahan : Penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari . Misalnya: lahan untuk perkebunan
Klasifikasi kesesuaian lahan : Penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan tertentu. Misalnya : lahan untuk perkebunan karet

  • Dengan metode vegetasi
Dengan metode vegetasi : Adalah penggunaan tanaman/tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi.
Teknik konservasi tanah secara vegetatif yang akan diuraikan dalam monograf ini adalah:
Penghutanan kembali
Penghutanan kembali (reforestation) secara umum dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan hidrologi suatu wilayah dengan tanaman pohon-pohonan. Penghutanan kembali juga berpotensi untuk peningkatan kadar bahan organik tanah dari serasah yang jauh di permukaan tanah dan sangat mendukung kesuburan tanah. Hutan mempunyai fungsi tata air yang unik karena mampu menyimpan air dan meredam debit air pada saat musim penghujan dan menyediakan air secara terkendali pada saat musim kemarau (sponge effect).
Wanatani
Wanatani (agroforestry) adalah salah satu bentuk usaha konservasi tanah yang menggabungkan antara tanaman pohon- pohonan, atau tanaman tahunan dengan tanaman komoditas lain yang ditanam secara bersama-sama ataupun bergantian. Penggunaan tanaman tahunan mampu mengurangi erosi lebih baik daripada tanaman komoditas pertanian khususnya tanaman semusim.teknik penanaman wanatani ada beberapa macam di antarnya : 1. Pertanaman sela, 2. Pertanaman lorong, 3. Pekarangan, 4. Tanaman pelindung 5. Silvipastura (Sistem silvipastura sebenarnya adalah bentuk lain dari sistem tumpang sari, seperti rumput gajah dan lain-lain.
3. Strip rumput
Teknik konservasi dengan strip rumput (grass strip) biasanya menggunakan rumput yang didatangkan dari luar areal lahan, yang dikelola dan sengaja ditanam secara strip menurut garis kontur untuk mengurangi aliran permukaan dan sebagai sumber pakan ternak. Dalam upaya lebih meningkatkan efektifitasnya dalam menahan erosi, strip rumput dapat dikombinasikan dengan mulsa, Selain bertujuan untuk menahan erosi, sistem ini juga efektif dalam mempertahankan kelengasan tanah.
4 . Mulsa
Dalam konteks umum, mulsa adalah bahan-bahan (sisa tanaman, serasah, sampah, plastik atau bahan-bahan lain) yang disebar atau menutup permukaan tanah untuk melindungi tanah dari kehilangan air melalui evaporasi. Mulsa juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi permukan tanah dari pukulan langsung butiran hujan sehingga mengurangi terjadinya erosi percik (splash erosion), selain mengurangi laju dan volume limpasan permukaan (Suwardjo, 1981).
5. Sistem penanaman menurut strip
Penanaman menurut strip (strip cropping) adalah sistem pertanaman, dimana dalam satu bidang lahan ditanami tanaman dengan jarak tanam tertentu dan berselang-seling dengan jenis tanaman lainnya searah kontur. istem ini biasa diterapkan di daerah dengan topografi berbukit sampai bergunung dan biasanya dikombinasikan dengan teknik konservasi lain seperti tanaman pagar, saluran pembuangan air, dan lain-lain.
6. Barisan sisa tanaman
Pada dasarnya, sistem barisan sisa tanaman (trash line) ini sama dengan sistem strip. Sistem ini adalah teknik konservasi tanah yang bersifat sementara dimana gulma/rumput/sisa tanaman yang disiangi ditumpuk berbaris
7. Tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah (cover crop) adalah tanaman yang biasa ditanam pada lahan kering dan dapat menutup seluruh permukaan tanah (Gambar 12). Tanaman yang dipilih sebagai tanaman penutup tanah umumnya tanaman semusim/tahunan dari jenis legum yang mampu tumbuh dengan cepat, tahan kekeringan, dapat memperbaiki sifat tanah (fisik, kimia, dan biologi) dan menghasilkan umbi, buah, dan daun.
8. Penyiangan parsial
Penyiangan parsial merupakan teknik dimana lahan tidak disiangi seluruhnya yaitu dengan cara menyisakan sebagian rumput alami maupun tanaman penutup tanah (lebar sekitar 20-30 cm) sehingga di sekitar batang tanaman pokok akan bersih dari gulma. Tanaman penutup tanah yang tidak disiangi akan berfungsi sebagai penahan erosi. Teknik penyiangan yang termasuk dalam penyiangan parsial adalah: (1) Strip tumbuhan alami (natural vegetative strips = NVS), (2) Penyiangan sekeliling batang tanaman pokok
9. Penerapan pola tanam
Pola tanam adalah sistem pengaturan waktu tanam dan jenis tanaman sesuai dengan iklim, kesesuaian tanah dengan jenis tanaman, luas lahan, ketersediaan tenaga, modal, dan pemasaran. Pola tanam berfungsi meningkatkan intensitas penutupan tanah dan mengurangi terjadinya erosi.1. Pergiliran tanaman, 2. Tumpang sari 3. Tumpang gilir (relay cropping) pengaturan waktu panen dan tana).
Dengan metode mekanik (fisik/teknik sipil)
Semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningatkan kelas kemampuan tanah disebut sebagai metode konservasi secara sipil teknis/mekanik. Beberapa contoh metode konservasi mekanik adalah berbagai macam teras (bangku, gulud, kebun, individu), rorak, pembuatan berbagai macam saluran pembuangan air, dan saluran drainase lainnya. Teras bangku merupakan metode konservasi mekanik yang telah banyak diaplikasikan petani di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Metode ini sangat efektif untuk mencegah erosi dan aliran permukaan. Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada semua kondisi lahan, misalnya pada tanah bersolum dangkal. Teknik konservasi ini juga tergolong mahal, sehingga sulit diterapkan petani tanpa disertai subsidi dalam pembuatannya. Jenis teras yang pembuatannya relatif murah adalah teras gulud, namun efektivitasnya dalam menahan erosi tidak sebaik teras bangku, kecuali bila diperkuat dengan tanaman konservasi. Penanaman tanaman konservasi, baik tanaman legum pohon/semak atau rumput dengan mengikuti kontur, juga dapat membentuk teras secara bertahap, dan dikenal sebagai teras kredit.

Dengan pemberian bahan kimia
Konservasi tanah dengan menggunakan metode kimia yaitu dengan memberikan input material pada tanah, sehingga akan terjadi reaksi kimia yang dapat mengubah sifat kimia tanah (pH, kesadahan, KTK, mineral tersedia bagi tanaman, dll.) menjadi sesuai dengan yang diharapkan.
Contohnya:
Pemberian kapur pertanian (CaCo3) untuk meningkatkan pH tanah masam;
Pemberian ZA (belerang/sulfur) untuk menurunkan pH tanah basa;
Pemberian zeolite untuk meningkatkan KTK tanah;
Pemberian bahan organik untuk mengikat cemaran logam berat pada tanah;
Pemberian semen/gypsum untuk meningkatkan konsistensi tanah; dll.
Pada reaksi lanjutannya, konservasi tanah dengan menggunakan metode kimia ini dapat mengubah tekstur (komposisi), struktur (bentuk partikel) tanah, dan konsistensi (daya tahan terhadap tekanan) tanah.

Jadi tergantung arah konservasinya, apakah mengarah pada kelayakan penanaman komoditas pertanian, konservasi air tanah (permeabilitas, laju erosi), konservasi vegetasi, atau untuk apa? Tentunya metode yang diterapkan harus tepat.....
materi referensi: (MK Dasar Ilmu Tanah dan MK Konservasi SDA)


Hubungan bahan organik terhadap energy perusak (erosivitas)
Bahan organik : mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tahana (stage) dekomposisi (Millar, 1955)
BAHAN ORGANIK memainkan peran utama dalam pembent agragat dan struktur tanah yang baik, sehingga secara tak langsung akan memperbaiki kondisi fisik tanah, dan pada gilirannnya akan mempermudah penetrasi air, penyerapan air, perkembangan akar, serta meningkatakan ketahan thd erosi
Temperatur dan kelembaban yang tinggi akan memacu alihrupa mineral, dan pengaruh tersebut akan diperbesar oleh kehadiran substansi organik

Peran vegetasi terhadap konservasi tanah dan air
Tanaman atau tumbuhan yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan atau untuk memperbaiki sifat fisik dan sifat kimia tanah

Fungsi tanaman penutup tanah: Menahan daya perusak butir-butir hujan yang jatuh , 2) Menahan aliran air di atas permukaan tanah, 3) Meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam tanah, 4) Menekan tingkat erosi, 5) Menambah bahan organik tanah , 4) Mengurangi kandungan air tanah melalui transpirasi

Persyaratan tanaman penutup tanah: 1) Mudah diperbanyak, 2) Sistem perakaran tidak menganggu tanaman pokok, 3) Cepat tumbuh dan banyak menghasilkan daun, 4) Toleran tehadap pemangkasan, 5) Resisten terhadap hama dan penyakit, 6) Mampu menekan pertumbuhan gulma, 7) Mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk tanaman lain
*Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang
2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar